Senin, 23 April 2018

Upacara Adat Betawi


Upacara Adat Betawi Lengkap Penjelasannya - Masyarakat Betawi mempunyai ciri yang kuat dalam memegang adat dan ajaran agama Islam. Ada beberapa upacara adat masyarakat Betawi. Upacara adat tersebut terbagi menjadi dua bagian, yaitu upacara yang menyangkut perjalanan hidup dan upacara yang menyangkut kemasyarakatan atau lingkungan. 

Upacara yang menyangkut perjalanan hidup seseorang adalah sebagai berikut.

Upacara Masa Kehamilan
Masyarakat Betawi pada umumnya mengenal upacara nujuh bulan. Upacara ini bertujuan untuk mendapatkan rasa aman, mensyukuri nikmat Tuhan, dan memohon berkat pada Yang Maha kuasa serta sebagai pemberitahuan tentang akan hadirnya seorang anggota baru di tengah-tengah mereka. Selain itu, upacara ini juga mengandung harapan agar anak yang sedang dikandung akan lahir selamat.

Waktu upacara biasanya ditentukan menurut perhitungan bulan Arab dengan berpatokan pada bilangan tujuh, yaitu di bulan ketujuh kehamilan. Tanggal yang ditentukan dipilih antara tanggal 7, 17, atau 27. Upacara ini dilakukan pada pagi hari dan hanya dilaksanakan pada kehamilan anak yang pertama saja.

Masyarakat Tanjung Barat mengenal tiga tahap upacara keba, yaitu pembacaan surat Yusuf, mandi nujuh bulan, dan ngorog atau ngirag. Selain itu ada rujak yang terbuat dari tujuh macam buah-buahan. Untuk keperluan mandi disiapkan tempat air, air kembang tujuh rupa, baju, tujuh helai kain, telur ayam mentah, dan minyak wangi. 
Setelah pembacaan surat Yusuf dan pembacaan doa selamat, wanita hamil yang akan dimandikan dibimbing oleh seorang dukun wanita ke tempat mandi. Dengan mengucapkan Salawat Nabi Muhammad saw, air kembang disiramkan mulai dari atas kepala sampai ke ujung kaki. Pada siraman ketujuh, telur di dalam air kembang turut disiramkan sehingga menggelinding melalui tubuh dan perut sang calon ibu tersebut.

Acara selanjutnya adalah acara ngorog atau ngirag yang tidak disaksikan oleh umum. Acara tersebut dilakukan di sebuah kamar dengan tujuan wanita hamil tersebut merasakan apakah ada kelainan dengan bayi yang dikandungnya. Jika dia merasakan kelainan pada letak bayi maka dukun akan membetulkannya dengan mengusap beberapa kali perut wanita tersebut sebagai syarat.

Kemudian wanita hamil yang selesai diurut tersebut bersujud didampingi oleh dukun wanita. Dengan mengucapkan Bismillah dan Salawat, dukun wanita diikuti wanita hamil mengambil gulungan kain putih yang berisi uang dan kembang. Kain tersebut dililitkan ke tubuh wanita hamil tersebut sampai tujuh kali. Gerakan ini disebut mengorog. Sementara uang logam yang berada di dalamnya saling beradu dan menimbulkan bunyi. Bunyi tersebut diharapkan didengar oleh bayi yang di dalam perut. Tujuannya agar bayi tersebut kelak selalu patuh kepada orang tua, menuruti nasihat, menjadi anak soleh, hidup bahagia. harum namanya dan disenangi masyarakat. Adapun kain, kembang, dan uang yang digunakan melambangkan kemakmuran hidup.

Upacara Sekitar Kelahiran
Salah satu upacara yang dilakukan oleh masyarakat Betawi adalah kerik tangan dengan maksud sebagai serah terima tugas perawatan bayi beserta ibunya dan dukun kepada pihak keluarga. Upacara biasanya dilakukan setelah bayi puput pusar. Upacara tersebut dimulai dengan pembacaan salawat dan dilanjutkan dengan pencucian tangan emak dukun yang diikuti oleh ibu dari si bayi. Selanjutnya, emak dukun mengambil uang logam dari dalam air dan mengerik-ngerik tangan wanita yang baru melahirkan tersebut sampai pembacaan salawat ketujuh selesai.

Kemudian, keduanya mengeringkan tangan dengan handuk dan saling membedaki. Upacara tersebut diakhiri dengan acara makan bersama. Pada waktu emak dukun pulang, ia akan diantar sampai halaman dan diberi sajen yang berisi sama dengan sajen nujuh bulan dan uang kebobok (uang yang berada dalam tempat air).

Upacara Sunatan
Anak laki-laki yang sudah beranjak dewasa wajib disunat. Anak yang disunat disebut pengantin sunat. Upacara ini terbagi dalam tiga tahap, yaitu mangarak, menyunat, dan selamatan.

Tahap pertama adalah mengarak pengantin sunat mengelilingi kampung dengan urutan pembuka jalan, pengantin sunat yang mengendarai kuda atau ditandu, diiringi oleh barisan rebana atau pencak silat. Acara ini dilakukan pada sore hari.

Keesokan harinya, pagi-pagi anak yang hendak disunat dimandikan dan direndam air beberapa saat. Setelah itu acara sunatan dilakukan dengan pertolongan dukun sunat yang disebut bengkong. Tahap terakhir adalah selamatan. Bagi keluarga yang mampu biasanya acara selamatan ini dilengkapi dengan berbagai hiburan kesenian rakyat.

Perkawinan 
Pada umumnya masyarakat Betawi menikah dengan orang yang masih memiliki hubungan keluarga. Pada masyarakat Marunda kebiasaan tersebut bertahan karena adanya kepercayaan masyarakat bahwa perkawinan dengan orang luar kurang dibenarkan dan dapat menimbulkan malapetaka. Akan tetapi, kebiasaan tersebut sudah mulai terkikis seiring dengan perkembangan zaman.

Adapun prosedur sebelum terlaksananya perkawinan adalah dengan perkenalan langsung antara pemuda dan pemudi. Jika sudah ada kecocokan. Orang tua pemuda melamar ke orang tua si gadis. Jika kedua belah pihak setuju, mereka menentukan hari untuk mengantarkan uang belanja-kawin yang biasanya diwakilkan kepada orang lain, yaitu kerabat kedua belah pihak. Pada hari yang telah ditentukan, dilakukan upacara perkawinan. Setelah akad nikah, pemuda kembali ke orang tuanya, demikian pula dengan si gadis.

Beberapa waktu kemudian diadakan upacara besanan. Pengantin laki-laki diarak ke rumah pengantin wanita. Melalui upacara kenal jawab dengan irama pantun, diiringi dengan irama rebana dan lagu-lagu marhaban, pengantin laki-laki diperkenankan masuk rumah untuk menemui pengantin wanita dan duduk bersanding. Sesudah upacara ini maka pengantin wanita dapat mengikuti suaminya kembali ke rumahnya.

Adu silat adalah salah satu adegan yang selalu muncul pada palang pintu perkawinan. Palang pintu perkawinan adalah salah satu prosesi yang harus dilalui oleh kedua mempelai menjelang pernikahannya. Upacara pernikahan diawali dengan arak—arakan calon pengantin pria menuju rumah calon istrinya. Dalam arak-arakan itu, selain iringan rebana ketimpring juga diikuti barisan sejumlah kerabat yang membawa sejumlah seserahan mulai dari roti buaya yang melambangkan kesetiaan abadi, sayur-mayur, uang, jajanan khas Betawi, dan pakaian.

Tradisi palang pintu ini merupakan pelengkap saat pengantin pria yang disebut "tuan raja mude” hendak mernasuki rumah pengantin wanita atau ”tuan putri". Awalnya kedua belah pihak saling bertukar salam. Lama kelamaan situasi memanas karena pihak pengantin perempuan ingin menguji kesaktian dan juga kepandaian pihak pengantin laki-laki dalam berilmu silat dan mengaji. Dengan demikian pasti terjadi baku hantam dan pihak laki-laki pasti menang. Usai memenangkan pertarungan, pengantin perempuan meminta pihak 1aki-laki untuk memamerkan kebolehannya dalam membaca Alquran. 

Kematian
Upacara kematian dari perawatan orang meninggal sampai penguburannya disesuaikan dengan ajaran agama Islam. Setelah dimandikan, dikafani, dan disalatkan, jenazah dikebumikan di pekuburan yang dilakukan oleh kaum pria. Kaum wanita tinggal di rumah dan menyiapkan sedekahan untuk acara tahlil yang diadakan pada malam pertama sampai malam ketujuh, dan dilanjutkan Dada malam keempat puluh.

Upacara-upacara yang berkaitan dengan masyarakat atau lingkungan sekitar adalah sebagai berikut.

Upacara Baritan atau Bebarit
Upacara ini bertujuan sebagai sarana penyampaian ucapan terima kasih kepada Yang Mahakuasa atas berkah yang telah dilimpahkan, terutama yang menyangkut hasil panen.

Upacara Mangkeng
Upacara ini dilakukan oleh masyarakat Betawi dengan tujuan untuk memengaruhi alam, yaitu untuk menolak hujan, khususnya pada saat hajatan, perkawinan maupun sunatan.
  
Upacara Sedekah laut     
Upacara ini dilakukan sebagai persembahan kepada penguasa laut agar pada saat para nelayan turun ke laut mencari ikan tidak mendapat gangguan.

Upacara Sero
Upacara diselenggarakan oleh setiap individu yang ingin membuat sero (alat penangkap ikan) baru. Tujuannya adalah agar hasil ikan tangkapannya banyak.

Upacara Melepas Perahu Baru
Upacara ini bertujuan untuk meminta agar perahu yang baru dibuat kuat dan awet, membawa rezeki serta selalu selamat dari gangguan makhluk-makhluk jahat di laut.

Upacara Waktu Bertani
Upacara ini dilakukan sewaktu akan memulai pekerjaan di sawah seperti menanam, menuai sampai menyimpan padi di lumbung. Upacara tersebut bertujuan untuk memohon berkah dan keselamatan agar hasil panen padi berlimpah.

0 komentar:

Posting Komentar