Senin, 23 April 2018

Puisi Kejujuran


ARTI SEBUAH KEJUJURAN

Menjadi jiwa yang besar
Tak semua orang bisa
Memiliki keagungan hati
Tak semua insan mampu menjiwai

Begitupun dengan cinta ini
Tak hanya memadu rasa suka dan duka
Tak hanya memadu janji untuk setia
Karna sebuah cinta memiliki sejuta warna

Satu perhiasan cinta yang paling indah
Adalah kejujuran dua hati
Menjaga tautan hati
Sejauh jarak membelah lautanpun tak menjadi arti

Dinding dua hati begitu kuatnya
Jika arti sebuah kejujuran dijalani
Akan lahir kepercayaan
Akan hadir keteguhan cinta

Kuingin kita saling menjaga
Butiran cinta yang penuh kelembutan
Bertopeng tiang kejujuran
Bertabur kasih penuh sinaran warna warni

Kasih jujurlah bila cintamu suci
Jujurlah bila tiada insan lain dihatimu
Kunanti kejujuranmu di jalinan ini
Ku ingin kau mengerti arti kejujuran adalah landasan cinta suci


Puisi Tali Kasih Sesama


Ikatan janji setia
Telah sepakat sejak lama
Di antara para saudara
Berkomitmen bersama-sama

Jika saudara mengalami prahara
Pantaskah hanya duduk bermuram durja
Berpangku tangan menahan rasa
Mengelus dada dan diam saja

Tali kasih masih tersimpul kuat
Rasa peduli terhadap sahabat
Bernasib hidup hampir sekarat
Perlu ukuran tangan dan semangat

Lain budaya berbeda bangsa
Tempatnya jauh di seberang samudra
Mereka mengungsi terlunta-lunta
Terpisah dengan sanak saudara

Hak asasi bagi manusia
Ingin bebas menghirup udara
Mengadu nasib penuh merdeka
Aman dan tenteram dalam berkarya

Bahasa Betawi


Bahasa Betawi atau Melayu Dialek Jakarta atau Melayu Batavia (bew) adalah sebuah bahasa yang merupakan anak bahasa dari Melayu. Mereka yang menggunakan bahasa ini dinamakan orang Betawi. Bahasa ini hampir seusia dengan nama daerah tempat bahasa ini dikembangkan, yaitu Jakarta.
Bahasa Betawi adalah bahasa kreol (Siregar, 2005) yang didasarkan pada bahasa Melayu Pasar ditambah dengan unsur-unsur bahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa dari Cina Selatan (terutama bahasa Hokkian), bahasa Arab, serta bahasa dari Eropa, terutama bahasa Belanda dan bahasa Portugis. Bahasa ini pada awalnya dipakai oleh kalangan masyarakat menengah ke bawah pada masa-masa awal perkembangan Jakarta. Komunitas budak serta pedagang yang paling sering menggunakannya. Karena berkembang secara alami, tidak ada struktur baku yang jelas dari bahasa ini yang membedakannya dari bahasa Melayu, meskipun ada beberapa unsur linguistik penciri yang dapat dipakai, misalnya dari peluruhan awalan me- (seperti halnya bahasa Melayu, termasuk bahasa Indonesia), penggunaan akhiran -in (sama seperti bahasa Bali), serta peralihan bunyi /a/ terbuka di akhir kata menjadi /e/ atau /ɛ/ pada beberapa dialek lokal.