Kamis, 30 Maret 2017

Kebudayaan Betawi



Kebudayaan Betawi


Betawi? pasti kalian sudah tidak asing lagi dengan kata Betawi, baik dari daerahnya, keseniannya ataupun makanan khasnya. Seperti yang kalian ketahui bahwa suku Betawi adalah penduduk Indonesia yang bertempat tinggal di Jakarta, tapi apakah kalian tau bahwa suku Betawi mendapatkan banyak pengaruh dari suku lain baik dari bahasa yang digunakan, pakaian adat dan lain lainnya? Yuk kita bahas kebudayaan Betawi lebih dalam lagi.
Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Makassar dan Ambon, serta suku-suku pendatang, seperti Arab, India, Tionghoa dan Eropa.
Jika kalian mendengar kata Betawi pasti kalian teringat dengan ‘Ondel-Ondel’ yang telah menjadi ikon kota Jakarta. Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat. Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan diameter ± 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan sedemikian rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah dan menggunakan kostum berwarna gelap, sedangkan yang perempuan dicat dengan warna putih dan menggunakan kostum berwarna terang.

BAHASA
Bahasa Betawi adalah anak dari bahasa melayu yang ditambah dengan unsur-unsur bahasa SundaBali, Cina Selatan (terutama bahasa Hokkian), Arab, serta bahasa dari Eropa, terutama Belanda dan Portugis. Karena berkembang secara alami, tidak ada struktur baku yang jelas dari bahasa ini yang membedakannya dengan bahasa Melayu, meskipun ada beberapa unsur linguistik penciri yang dapat dipakai, misalnya dari peluruhan awalan me-, penggunaan akhiran –in (pengaruh bahasa Bali), serta peralihan bunyi /a/ terbuka di akhir kata menjadi /e/ atau /ɛ/ pada beberapa dialek lokal. Seperti contohnya: gimane (bagaimana), siape/sape (siapa), engkong (kakek), Nyai (nenek), bupet (laci), ponten (nilai).

PAKAIAN ADAT
Dalam adat Betawi dikenal beberapa jenis model pakaian adat yang banyak mendapatkan pengaruh dari kebudayaan atau adat lainnya seperti budaya Arab, China dan Melayu. Berbagai pengaruh tersebut dapat dijumpai pada pakaian pengantin dan pakaian keseharian masyarakat Betawi.

1. Pakaian Keseharian

Pakaian adat yang digunakan oleh pria Betawi dalam kegiatan sehari-hari yaitu berupa baju koko berwarna polos atau disebut juga sadariah yang dipadukan dengan celana kolor panjang bermotif batik dan sebagai pelengkap ditambahkan pula penggunaan kain pelekat berupa sarung atau selendang yang diselempangkan di pundak, serta peci warna hitam dari bahan beludru.
Sedangkan wanita Betawi menggunakan baju kurung dengan warna mencolok yang dipadukan kain sarung batik bercorak geometri dengan warna-warna yang cerah. Sebagai pelengkap ditambahkan pula penggunaan tutup kepala berupa kerudung atau selendang dengan warna senada sesuai baju yang dikenakan.

2. Pakaian Pengantin

Pakaian pengantin adat Betawi sangat kental pembauran budaya Tionghoa, Arab dan Barat. Busana yang dikenakan oleh pengantin pria dalam adat Betawi disebut dengan ‘Dandanan Care Haji’. Busana ini terdiri dari jubah berwarna cerah yang terbuat dari bahan beludru dengan bagian dalam berupa kain berwarna putih yang halus. Sebagai pelengkap ditambahkan penggunaan tutup kepala dari sorban yang disebut dengan nama Alpie, selendang bermotif benang emas atau manik-manik yang berwarna cerah, serta alas kaki berupa sepatu pantofel agar tampak lebih serasi.
Sedangkan busana yang dikenakan oleh pengantin wanita dalam adat Betawi disebut ‘Dandanan Care None Pengantin Cine’. Busana ini terdiri dari blus bergaya Cina yang terbuat dari bahan satin berwarna cerah yang dipadukan dengan bawahan berupa rok model putri duyung berwarna gelap (hitam atau merah hati) atau disebut dengan nama Kun. Sebagai pelengkap kepala ditambahkan penggunaan sanggul palsu yang dihiasi dengan kembang goyang motif burung hong, bunga melati yang dibentuk roonje dan sisir, serta pemakaian cadar di bagian wajah. Perhiasan lain yang dipergunakan diantaranya berupa kalung lebar, gelang listring, dan hiasan teratai manik-manik yang dikalungkan di bagian dada, serta alas kaki berupa selop dengan model perahu.

TARI TRADISIONAL
Betawi memiliki cukup banyak tarian tradisional. Tarian Betawi terbentuk dari proses asimilasi berbagai kebudayaan. Tarian Betawi juga mempunyai ciri khas sendiri, yaitu penggunaan suara musik pengiring yang riang serta gerakan-gerakan tari yang dinamis. Dibawah ini adalah jenis tarian Betawi:

1.Tari Topeng Betawi

Tari Topeng Betawi merupakan paduan aspek tari, musik dan teater. Penggunaan topeng dalam tarian ini didasarkan atas kepercayaan dahulu masyarakat Betawi bahwa topeng mempunyai kekuatan magis yang dapat menolak bala, bahkan menghilangkan rasa duka. Oleh karenanya, Tari Topeng biasanya dipentaskan untuk memeriahkan pesta-pesta penting, misalnya pada acara pernikahan dan khitan. Tari Topeng Betawi lebih bersifat teatrikal dan komunikatif lewat gerakan.

2. Tari Yapong

Tari Yapong pertama kali diperkenalkan pada tahun 1977 dalam rangka mempersiapkan acara ulang tahun kota Jakarta ke-450. Tari Yapong telah diciptakan oleh Bagong Kussudiarjo. Tari ini merupakan tari yang gembira dengan gerakan yang dinamis dan eksotis. Dalam gerakan tari Yapong diperlihatkan suasana yang gembira sehingga sering dipentaskan dalam acara-a
cara sambutan. Nama tari ini berasal dari bunyi nyanyian lagunya “ya ya ya ya” dan alunan musik yang berbunyi “pong pong pong”. Sehingga lahirlah nama Yapong.

3. Tari Cokek

Tari Cokek adalah salah satu tarian klasik masyarakat Betawi di Jakarta. Tarian khas Betawi ini ditarikan berpasangan dan sangat kental dengan budaya etnik Cina. Kata cokek sendiri berasal dari bahasa Cina (cukin) yang berarti selendang, yang dipakai para penari wanitanya guna menarik pasangannya. Tarian Cokek ini diiringi oleh musik Gambang Kromong dan ciri khasnya adalah goyangan pinggul yang dinamis.

4. Tari Lenggang Nyai

Tari Lenggang Nyai juga sering disebut sebagai tari Lenggang Betawi. Tarian ini telah diciptakan oleh Wiwik Widiastuti pada tahun 1998 hingga tarian ini bisa dianggap masih baru. Tarian ini didasarkan pada cerita rakyat setempat, yakni tentang Nyai Dasimah yang telah berhasil keluar dari perkawinan yang merenggut kebebasannya. Seperti Tari Cekok, Tari Lenggang Nyai juga banyak dipengaruhi oleh budaya Cina. Sekelompok gadis belia berjumlah 4 atau sampai 6 orang biasanya yang membawakan tarian ini dan sering dipentaskan pada acara-acara resmi penyambutan tamu penting atau pernikahan.
5. Tari Japin

Tarian ini merupakan adaptasi dari Tari Zapin yang dipengaruhi oleh budaya Arab dan Melayu. Konon, pengubahan kata zapin menjadi japin dikarenakan kebiasaan masyarakat Betawi menyebut kata Z dengan huruf J. Tari Japin diiringi oleh musik dan lagu Betawi, yang terdiri dari alat musik gambus dan marwas. Keunikan Tari Japin Betawi ini dilihat dari kelincahan para penarinya yang melompat-lompat dan biasanya ditarikan secara berpasangan.

ALAT MUSIK
Masyarakat Betawi sangat mencintai seni musik, hal ini dapat dilhat dari keberagaman musik yang berkembang di daerah ini seperti musik tanjidor, marawis, keroncong dan gambus.

1.   Tanjidor

Tanjidor merupakan salah satu musik Betawi yang mendapat pengaruh kuat dari musik Eropa. Tanjidor bisa dikatakan sejenis orkes rakyat Betawi karena selain menggunakan alat-alat berat, alat-alatnyapun dibuat dari barang bekas yang sudah usang. Alat musik yang dimainkan dalam tanjidor kebanyakan adalah alat musik tiup diantaranya adalah clarinet, piston, trombone, terompet dan lain sebagainya.

2. Marawis

Marawis adalah salah satu jenis band tepok dengan perkusi sebagai alat musik utamanya. Nama Marawis diambil dari nama alat yang dipergunakan dalam kesenian ini. Lagu-lagu dalam musik marawis biasanya berirama gambus dan padang pasir. Lagu yang dinyanyikan diiringi oleh jenis pukulan tertentu seperti zapin, sarah dan zahefah. Pukulan Zapin untuk mengiringi lagu-lagu gembira. Pukulan Sarah dipakai untuk mengarak penganten dan Zahefah mengiringi lagu-lagu di Majelis. Pemain musik ini biasanya terdiri dari 10 orang.

3. Keroncong

Kesenian musik keroncong pada awalnya diperkenalkan oleh bangsa Portugis. Masyarakat Betawi memiliki keroncong Tugu dan keroncong Kemayoran. Musik Keroncong Kemayoran dimainkan untuk memeriahkan pesta. Alat musik Keroncong Kemayoran berupa biola, keroncong, melodi, ukulele, gitar, bass, rebana, seruling dan cello.

4. Gambus

Gambus merupakan seni musik yang bercorak Islami. Musik Gambus biasa ditampilkan dalam berbagai acara, dari pesta perkawinan hingga acara adat.Peralatan musik Gambus bervariasi, namun yang baku pada umumnya terdiri dari gambus, biola, dumbuk, suling, organ, accordion dan marawis. Selain sebagai musik mandiri, musik Gambus dipergunakan pula untuk mengiringi tarian Japin yang biasa ditarikan oleh pria berpasang-pasangan.

MAKANAN & MINUMAN KHAS BETAWI

Makanan
Makanan Khas Betawi dipengaruhi oleh budaya Cina, Eropa, dan Arab. Citarasa gurih dan sedap merupakan ciri khas makanan Betawi. Sebenarnya, Betawi memiliki banyak makanan khas yang lezat. Namun, seiring perkembangan pesat kota Metropolitan Jakarta yang sekaligus ibukota negara Indonesia ini, Makanan Khas Betawi sudah banyak yang langka bahkan nyaris punah. Dibawah ini adalah beberapa makanan khas Betawi:
1.      Asinan Betawi
2.      Soto Betawi
3.      Ayam sampyok
Hidangan mewah asal betawi dengan sentuhan cita rasa cina yang menyelimuti daging ayam.
4.      Sayur babanci
Salah satu kuliner ikonik khas Betawi yang kini mulai langka. Kelangkaan ini disebabkan karena bahan dan rempah-rempah untuk membuat sayur ini sudah sulit ditemukan di Jakarta, sehingga masyarakat Betawi hanya menyajikan sayur ini saat hari-hari besar keagamaan seperti Idul Adha dan Idul Fitri. Dinamakan Sayur Babanci karena sayur ini tidak jelas jenisnya, bahkan tidak bisa dikategorikan sebagai sayur karena tidak ada campuran sayur.
5.      Soto tangkar
Makanan khas yang satu ini lahir pada masa penjajahan Belanda. Pada saat itu, orang Betawi hanya mampu membeli iga sapi yang sedikit dagingnya (tangkar). Kemudian, orang Betawi menyulapnya menjadi soto yang enak. Kini, soto tangkar ditambah dengan daging dan jeroan. Soto tangkar berkuah santan tetapi rasanya tidak terlalu ‘berat’.
6.      Bandeng pesmol
7.      Nasi ulam
Nasi ulam merupakan makanan khas Betawi yang mendapat pengaruh dari budaya kuliner Cina. Nasi ulam biasanya memakai nasi pera yang disiram dengan semur kentang/ semur tahu/ semur telur. Nasi ulam juga ditambah dengan cumi asin goreng, bihun goreng, telur dadar iris, dan perkedel kentang. Nasi ulam bertambah nikmat dengan tambahan daun kemangi, sambal, bawang goreng, dan taburan kacang tanah tumbuk.
8.      Nasi Kebuli

Minuman
1.      Bir Pletok
Minuman penyegar yang dibuat dari campuran beberapa rempah, yaitu jahe, daun pandan wangi, dan serai. Agar warnanya lebih menarik, orang Betawi biasanya menggunakan tambahan kayu secang, yang akan memberikan warna merah bila diseduh dengan air panas. Walaupun mengandung kata bir, bir pletok tidak mengandung alkohol. Minuman ini berkhasiat untuk memperlancar edaran darah. Masyarakat Betawi banyak mengonsumsinya pada malam hari sebagai penghangat.
2.      Es goyang
3.      Es selendang mayang
Minuman ini sekarang jarang ditemukan karena dikalangan masyarakat Betawi sendiri minuman ini dianggap minuman kuno. Di acara-acara tertentu seperti Lebaran Betawi, minuman ini disajikan dan sering disertai dengan label “minuman Betawi jadul”. Selain menyegarkan, minuman ini dapat mengurangi rasa lapar karena dibuat dengan bahan dasar tepung beras. Beberapa penjual di kota tua membuat minuman ini dengan bahan dasar tepung hunkwe dengan alasan lebih mudah dan efisien.

Kue/Makan ringan
1.      Kue cucur
Di daerah Jakarta (Betawi) makanan ini termasuk makanan adat, artinya pada upacara-upacara adat budaya Betawi, cucur wajib dihidangkan. Rasanya manis, gurih, empuk di tengah dan renyah di bagian pinggirnya. Cara membuat kue ini cukup di goreng.
2.      Kue talam
3.      Kerak telor
Kerak telor merupakan makanan khas Betawi yang sangat terkenal terutama pada saat acara Pekan Raya Jakarta. Kerak telor hampir mirip dengan martabak, perbedaanya terletak pada isi dan cara memuatnya. Isi kerak telor adalah ketan dan ubi. Cara memasak kerak telor, yaitu dengan dipanaskan di atas tungku arang.
4.      Kue kembang goyang
Nama kembang goyang berasal dari bentuknya yang menyerupai kelopak bunga atau kembang dan proses membuatnya digoyang-goyang hingga adonan terlepas dari cetakan.
  1. Putu Mayang
    kue tradisional Betawi yang dibuat dari tepung kanji atau tepung beras, santan kelapa, dan gula merah. Memakan kue ini dapat dilakukan dengan menyiram gula merah dan santan, atau memberi tambahan sedikit taburan kelapa pada gula putu mayang tersebut.
  1. Sagon
  2. Kue ape
  3. Kue dongkal
    Dongkal terbuat dari beras yang ditumbuk halus hingga menghasilkan tepung. Kemudian tepung beras yang telah halus diisikan gula aren dan dikukus. Dongkal biasanya disajikan diatas daun pisang dan ditaburi parutan kelapa diatasnya.
  1. Dodol Betawi
  2. Roti buaya
    Hidangan Betawi berupa roti manis berbentuk buaya. Roti buaya senantiasa hadir dalam upacara pernikahan dan kenduri tradisional Betawi.
  1. Sengkulun
    Kue mirip kue keranjang dengan permukaan berbintil kasar, tekstur lunak, kenyal, dan lembut. Kue ini dibuat dengan bahan baku utama tepung ketan. Penggunaan gula merah membuatnya berwarna coklat, walaupun ada juga variasi pewarna lain di berbagai daerah. Santan kental menambahkan rasa gurih.
Dengan semakin besarnya jumlah orang yang masuk Indonesia sejak kemerdekaan, masyarakat asli Betawipun terdorong ke area terpencil, kebanyakan ke Jakarta Barat dan Selatan.
Di atas lahan seluas 289 hektar di Setu Babakan dibangun perkampungan Budaya Betawi, dimana masyarakat dapat berkunjung dan berjalan-jalan di tempat yang mempertahankan gaya Betawi, baik dari arsitekturnya maupun tata letaknya.

Setiap bulan Juli, Festival Budaya Betawi berlangsung di tempat ini, yaitu seperti upacara perkawinan, pesta sunatan, ritual nujuh bulanan kehamilan dan lainnya. Para pengunjung juga dapat memancing ikan dan menikmati berbagai makanan khas setempat di pondok-pondok yang menjual makanan maupun restoran.

ANEKA KESENIAN BETAWI
Keberadaan budaya Betawi termasuk kesenian tradisionalnya merupakan asset wisata. Kebudayaan tersebut terdiri dalam beragam bentuk seperti tari-tarian, teater, nyanyian, musik, dan sebagainya. Sudah sepatutnya kekayaan budaya itu dilestarikan dan dikembangkan. Meski masyarakat asli Betawi banyak yang tergusur ke pinggiran karena pembangunan, namun kebudayaan Betawi tidak boleh tergusur dari Jakarta itu sendiri.
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, ada empat kesenian khas Betawi yang paling populer dan dijadikan tradisi menyambut tamu negara. 4 kesenian itu adalah Ondel-ondel, Tanjidor, Tari Belenggo, dan Tari Lenggong Nyai. Masih banyak lagi kesenian khas Betawi, apakah itu berupa tarian, teater, music, lagu, dan sebagainya.

Ondel-ondel
Ondel-ondel adalah manekin raksasa yang tak dapat dipisahkan dari budaya Betawi dan Ikon Jakarta. Tingginya sekitar 2 meter. Ondel-ondel biasanya tampil berpasangan, sang pria mengenakan topeng merah dengan kumis dan cambang serta pakaian berwarna gelap. Sementara si wanita bertopeng putih dengan gincu merah dan menggunakan pakaian berwarna terang. Keduanya dilengkapi hiasan kepala khas Melayu bernama Kembang Kelapa. Agar bisa dimainkan dan tampak hidup, ondel-ondel dibuat dari rangka bambu yang memungkinkan orang membawanya dari dalam. Ondel-ondel biasanya ditampilkan pada sebuah arak-arakan dalam sejumlah acara, seperti pernikahan atau sunatan. Arak-arakan semakin meriah karena ada irama tanjidor atau gambang kromong yang mengiringinya.

Lenong
Lenong adalah teater rakyat khas Betawi yang dikenal sejak tahun 1920-an. Sejak awal keberadaannya, lenong diiringi dengan musik gambang kromong. Dalam Lenong dikenal dua jenis cerita, yaitu Lenong Denes yang bercerita tentang kerajaan atau kaum bangsawan, dan Lenong Preman yang berkisah tentang kehidupan rakyat sehari-hari.
Lenong Denes sendiri adalah perkembangan dari bermacam bentuk teater rakyat Betawi yang sudah punah, seperti wayang sumedar, wayang senggol ataupun wayang dermuluk. Sementara Lenong Preman disebut-sebut sebagai perkembangan dari wayang sironda. Yang cukup signifikan dalam perbedaan penampilan kedua lenong tersebut, Lenong Denes umumnya menggunakan bahasa Melayu halus, sedangkan Lenong Preman rata-rata menggunakan bahasa Betawi sehari-hari. Beberapa seniman Lenong Betawi terkenal antara lain H.M. Nasir T, H. Bokir, Mpok Nori, dan Mandra.

Palang Pintu
Palang Pintu adalah seni budaya yang biasanya di gunakan untuk acara adat Betawi, seperti permikahan, penerimaan tamu kehormatan, dan lain-lain. Palang pintu dihiasai oleh pantun-pantun Betawi, dan diiringi oleh musik marawis, gambang kromong, atau tanjidor. Yang menarik adalah atraksi pencak silat yang diperagakan dengan menggunakan senjata tajam (golok). Dalam lakon pada acara pernikahan, ada yang berperan sebagai jagoan atau pengawal rumah mempelai wanita. Di sini, jagoan yang mewakili mempelai pria harus memenangi pertarungan melawan jagoan dari pihak mempelai wanita. Walau ada adegan perkelahian, Palang Pintu tetap mengundang tawa karena ada atraksi-atraksi jenaka dari para pesilat yang bermain, dan ada pantun-pantun jenaka.

Topeng Blantek
Topeng Blantek mungkin tidak seterkenal kesenian Betawi lain seperit lenong atua gambang kromong. Padahal jauh sebelum kesenian tradisional Betawi itu ada, Topeng Blantek sudah lebih dulu hadir di tengah-tengah masyarakat Betawi.
Asal-usul nama kesenian ini berasal dari dua suku kata, yaitu topeng dan blantek. Istilah topeng berasal dari bahasa Cina di zaman Dinasti Ming. Topeng asal kata dari to dan peng. To artinya sandi, dan peng artinya wara, sehingga bila dijabarkan berarti sandiwara. Sedangkan kata blantek ada beberapa pendapat. Ada yang mengatakan berasal dari musik yang mengiringinya, yaitu satu rebana biang, dua rebana anak dan satu kecrek yang menghasilkan bunyi, blang blang crek. Namun, karena lidah lokal ingin penyebutan yang mudah maka munculah istilah blantek.
Pendapat lain mengatakan asal nama blantek berasal dari Inggris, yaitu blindtexs yang berarti buta naskah. Marhasan (55), tokoh pelestari topeng blantek mengatakan, permainan blantek dulu tidak memakai naskah. Sutradara hanya memberikan garis besar cerita yang akan dimainkan.
Ciri kesenian topeng blantek yaitu terdapat 3 buah sundung (kayu yang dirangkai berbentuk segi tiga yang biasa digunakan untuk memikul sayuran, rumput dan lain sebagainya). Sundung-sundung tersebut diletakkan di pentas sebagai pembatas antara para pemain yang sedang berlakon, dengan panjak dan music, dan dengan para pemain lain yang belum dapat giliran berlakon. Perangkat lainnya berupa obor yang diletakkan di tengah pentas.

Wayang Betawi
Salah satu produk budaya Betawi hasil akulturasi dari budaya Jawa dan Sunda adalah wayang. Dalam dunia pewayangan Betawi dikenal dua jenis wayang: Wayang Kulit (dalang terkenalnya H. Surya Bonang alias Ki Dalang Bonang), serta Wayang Golek (dalang terkenalnya Tizar Purbaya). Umumnya, wayang Betawi mengambil lakon tentang kehidupan kerajaan di dunia pewayangan. Ada pula tokoh komedi Udel (persamaannya Cepot di dalam Sunda).
Musik iringan dalam wayang Betawi sama halnya dengan gamelan topeng, berupa musik gamelan Sunda campur Betawi, dengan ciri khas alat musik tehyan (sebagai ciri khas Betawi) yang disebut gamelan ajeng.

Tanjidor
Musik Tanjidor Betawi ternyata dilahirkan dari perkebunan Belanda yang terletak di pinggiran Batavia seperti Depok, Cibinong, Bogor, Bekasi, dan Tangerang. Yang memainkannya adalah budak-budak seraya mempersembahkan pertunjukan untuk menir-menir Belanda.
Saat perbudakan dihapus pada abad ke-19, kelompok tanjidor tetap bermusik dengan cara mengamen demi mendapatkan penghasilan. Pengaruh Eropa tampak jelas dari penggunaan alat musik seperti terompet, bas, klarinet, dan simbal. Saat ini tandijor sudah melebur dengan musik tradisional Melayu, yaitu gembang kromong yang menggunakan rebana, beduk, gendang, kempul, dan masih banyak lagi

Tari Cokek
Cokek diartikan sebagai tarian pergaulan yang diiringi orkes Gambang Kromong, dengan penari-penari wanita yang disebut “wayang cokek”, dengan mendapat imbalan uang. Para tamu diberi kesempatan yang luas untuk ikut menari berpasangan dengan cokek-cokek itu. Orang Betawi menamakannya “ngibing cokek”. Sebelum dan selama ngibing mereka disodori minuman, untuk menambah semangat menari, seperti misalnya tari Tayub di Jawa Tengah. Ada juga Tari Cokek Kreasi. Tarian ini mengangkat tari pergaulan yang dimainkan oleh pasangan muda mudi dengan suka cita dan riang gembira. Salah satu karya tari yang cukup menarik pada Pekan Penata tari Betawi DKI Jakarta tahun 1997 yang menggunakan Kesenian Cokek sebagai sumber ilham adalah kelompok “Liga Tari Universitas Indonesia”.

Tari Japin (Zapin)
Tari Japin yang terdapat di wilayah budaya Betawi biasanya diiringi orkes gambus yang ditambah dengan tiga buah “marwas”, semacam gendang kecil bertutup dua. Sebagai tari pergaulan, tari japin dilakukan untuk kesenangan penggemarnya, atau dengan istilah yang diintroduksikan oleh konservatori karawitan Sunda disebut “kelangenan”. Pendukung utama tari japin adalah masyarakat Betawi keturunan Arab. Tetapi santri-santri dibeberapa pondok pesantren ada pula yang suka melakukannya dengan diiringi orkes rebana ketimpring, sebagai hiburan pengisi waktu luang. Tari Japin biasa ditarikan oleh pria, berpasang-pasangan, tanpa pola tertentu.Gerak-gerak yang dominan berbentuk langkah-langkah dan lenggang-Ienggok berirama. Kostum yang dipakai telah dirancang secara khusus.

Tari Pencak Silat
Di wilayah budaya Betawi berkembang berbagai aliran silat, seperti Lintau, Cimande, Cikalong, Ciomas, Sahbandar dan sebagainya, yang kemudian menimbulkan berbagai aliran pula, seperti aliran Kwitang, aliran Tanah Abang (Cingkrik), aliran Kemayoran dan sebagainya, Gaya-gaya yang terkenal dalam tari silat betawi antara lain gaya serai, gaya pecut, gaya rompas, gaya bandul dan sebagainya. Tari silat Betawi yang dengan sendirinya berunsurkan gerak-gerak silat, menunjukan aliran atau gaya diikuti penari masing-masing. Tari silat adalah tarian yang keseluruhan gerakannya diambil dari gerak pencak silat. Tari silat betawi sendiri menunjukkan aliran atau gaya yang diikuti oleh masing-masing penari. Tari ini diiringi oleh tetabuhan khusus yang disebut gendang pencak, gambang kromong, gamelan topeng dan lain-lainny

Tari Topeng Betawi
Tari Topeng adalah visualisasi gerak, yang dibuat nenek moyang tanpa melalui konsep. Ada pengaruh budaya Sunda, namun memiliki ciri khasnya berupa selancar. Para penarinya menggunakan topeng yang mirip dengan Topeng Banjet Karawang Jawa Barat, namun dalam topeng betawi memakai bahasa Betawi. Dalam topeng betawi sendiri ada 3 unsur: musik, tari dan teater. Tarian dalam topeng betawi inilah yang disebut tari topeng. Salah seorang tokoh seniman Betawi yang telah mengusung aneka tari-tarian Betawi khususnya tari topeng hingga ke manca negara adalah Entong Kisam. Dirinya sudah berkeliling ke 5 benua, serta 33 negara. Negara yang paling sering ia lawati bersama grup tari topengnya adalah Perancis, Cina dan Thailand.
Salah satu kesenian dalam Topeng Betawi, yaitu teater rakyat Betawi yang sangat digemari oleh masyarakat etnis Betawi sebab dapat digunakan untuk menyampaikan kritik sosial. Salah satu lakon topeng Betawi yang terkenal berjudul Bapak Jantuk. Lakon ini mengandung banyak petuah seperti nasehat-nasehat tentang kehidupan berumah tangga. Dalam teater ini digunakan musik pengiring yang disebut gamelan topeng. Salah seorang tokoh budaya Betawi dalam bidang Topeng Betawi, adalah Mpok Nori.

Sumber: