Selasa, 11 April 2017

UI / UX Designer

UI UX Designer
Lima tahun terakhir pekerjaan website menuntut lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan diluar pekerjaan utamanya, seperti SEO, content, social media. Beberapa tahun belakangan sering kita jumpai satu istilah yang begitu santer berkaitan dengan web yaitu User Interface / User Experience Designer yang populer disebut UI/UX Designer.
User Experience
Para expert berpendapat kehadiran UI/UX Designer ternyata tidak bisa lagi diabaikan bila memang pengguna (user) menjadi perhatian kita, bila pengguna (user) menjadi faktor penting dan utama untuk membangun web/aplikasi yang konsumennya adalah pengguna. Dalam konteks web/aplikasi, user experience intinya adalah pengalaman di sisi pengguna saat berinteraksi dengan interface (antar muka). Apa yang dirasakan oleh pengguna saat interaksi tersebut berlangsung, seperti perasaan senang, kemudahan yang dirasakan, perasaan puas setelah berinteraksi, perasaan puas karena web/aplikasi memberi solusi terhadap permasalahan yang dimiliki pengguna, dan perasaan positif lainnya. Mungkin justru sebaliknya perasaan negatif yang didapat pengguna, misalnya web/aplikasi justru membingungkan pengguna dalam pemanfaatannya, web/aplikasi menyita waktu mereka saat mencari apa yang mereka butuhkan, pengguna “tersesat” di dalam website tanpa diberikan petunjuk dimana mereka berada.

Tahapan Pekerjaan
Tugas utama dari UX designer adalah memaksimalkan perasaan positif pengguna saat berinteraksi dengan web/aplikasi tersebut, lantas seperti apakah kongkritnya tugas dari UX designer? Berikut tahapan pekerjaan dari UX designer secara umum :
Riset
Pada fase ini UX designer akan mengumpulkan data seputar client yang berkaitan dengan budget dari client, bisnis yang dijalani, tujuan client, user mereka, kompetitor mereka.
Analisis
Tujuan dari tahap analisis adalah mengambil wawasan dari data yang terkumpul selama fase riset. Dari analisis ini akan diketahui profile pengguna dari web/aplikasi yang akan dibuat, mengapa pengguna menggunakannya dan bagaimana mereka memanfaatkannya. Selanjutnya dari tahap ini akan diputuskan design seperti apa yang sesuai dengan pengguna.
Design
Bermodalkan hasil analisis data tentang pengguna UX designer mulai memanfaatkan wireframe, prototype untuk membuat web/aplikasi tersebut. Proses design akan mengalami beberapa pengulangan (iterasi), karena pada tahap ini akan ada masukan pada design yang selanjutnya akan di implementasikan ke dalam design dalam bentuk revisi.
Produksi
Pada tahap design web/aplikasi masih berbentuk wireframe (kerangka design), belum ada warna, tipografi, image atau dinamakan low fidelity . Pada tahap produksi inilah wireframe tersebut disempurnakan dengan memberi warna, tipografi, image dan elemen design lainnya sehingga didapatkanlah final design yang dinamakan high fidelity yang selanjutnya akan dikembangkan menjadi web/aplikasi.
Riset
Sekilas dari 4 tahapan di atas tidak ada perbedaan dengan tahap pengerjaan yang dilakukan web designer pada umumnya. Namun bila diperhatikan secara seksama dalam tahapan tersebut ada tahap riset yang mana tidak ada dalam tahap pengerjaan website secara umum. Riset, analisis dan pengumpulan data ini berkaitan dengan pengguna. Artinya faktor pengguna (user) menjadi bagian penting dan utama dalam proses design berkaitan dengan user experience. Faktor pengguna inilah yang selama ini diabaikan dalam proses design web/aplikasi. Melalui riset UX designer akan mendapatkan informasi penting seputar pengguna dan menjadi modal pengambilan keputusan bagi UX designer untuk design yang akan dikerjakan.

User Interface
Salah satu yang disentuh oleh UX designer adalah user interface (UI).UI berkaitan erat dengan user experience karena pengguna berinteraksi dengan UI dan mendapatkan pengalaman (experience) dari interaksi tersebut. Sehingga seringkali user experienceprofessional menyematkan dirinya sebagai UI/UX designer. Berkenaan dengan user experience seperti apa yang diinginkan maka UX designer akan menentukan seperti apa user interfacenya. Katakan client ingin membuat website yang menjual furnitur bergaya klasik maka user interface akan disesuaikan dengan tema klasik tersebut dari aspek warna, tipografi dan elemen design lainnya. Dengan demikian experience yang didapatkan pengguna akan “nyambung”. Namun dalam hal ini UI hanya salah satu aspek dari UX karena UX mencakup lebih dari sekedar UI.

Pengguna
User experience berkaitan dengan persepsi pengguna seperti estetika, emosi dan variabel subyektif lainnya saat menggunakan web/aplikasi. Disini UX designer memiliki peran untuk membuat pengguna terikat dengan pengalaman yang didapatkan saat menggunakan web/aplikasi tersebut. Dalam keputusan design UX designer tidak mengimplementasikan apa yang dia anggap bagus atau apa yang disuka client, namun apa yang dibutuhkan oleh pengguna. Untuk itu dalam proses pengerjaannya UX designer melibatkan calon pengguna untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan design yang telah dikerjakan. UX designer menggunakan beberapa metode untuk mendapatkan wawasan dari calon pengguna berkenaan dengan design yang telah mereka kerjakan seperti interview, survey, user testing. Setelah mendapatkan wawasan dari pengguna maka UX designer akan merevisi design yang ada, selanjutnya akan mengujinya kembali. Proses ini akan terjadi secara berulang (iterasi) sampai tujuannya tercapai.

Data
UX designer dalam proses pengambilan keputusan design tidak berdasarkankan asumsi dan penilaian subyektifnya namun berdasarkan user data. Katakan dalam proses awal keputusan harus diambil berdasarkan asumsi atau penilaian subyektif namun asumsi atau penilaian subyektif tersebut selanjutnya akan diuji ke pengguna. Sehingga setiap keputusan adalah valid. UX designer harus tahu siapa pengguna web/aplikasi tersebut, segmen umur, lokasi, bagaimana mereka menggunakan web/aplikasi tersebut, mengapa mereka menggunakannya. Dengan kata lain UX designer harus mengetahui perilaku (behaviour) dari pengguna web/aplikasi tersebut. Data penting ini selanjutnya akan digunakan oleh UX designer dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan design secara luas mulai dari warna, tipografi, style, layout, pengaturan content, proses check in/check out (ecommerce), dan banyak lagi.

Prinsip User Interface
User Compatibility
Seorang perancang sistem harus benar-benar paham tentang pengetahuan, cara berpikir dan cara menerima informasi dari user sehingga sistem yang nantinya akan digunakan oleh user dapat membuat user lebih produktif. Dan yang harus diperhatikan juga adalah bahwa perancang (designer) atau developer tidak sama dengan user
Product Compatibility
Selalu memperhatikan dan mempertahankan kompatibilitas antar produk, misalnya mampu mengorbankan User Interface yang memungkinkan sistem lebih kompatibel.
Task Compatibility
Rancanglah interface sistem sesua dengan tugas dari user, jangan samapi user kesulitan untuk menggunakannya, karena hal ini dapat menyebabkan aplikasi yang kita buat tidak akan terpakai dan akhirnya tidak dapat membantu pekerjaan / tugas user.
Work Flow Compatibility
Selalu mengorganisasikan setiap fungsinya sesuai dengan kategori fungsinya sehingga dapat memfasilitasi sega perubahan tugas user.
Consistency
Prinsip ini sudah jelas, bahwa sistem harus  konsisten terhadap fungsionalitas / kegunaan dari sistem tersebut. Contoh sederhananya adalah ketika user menekan tombol “save” maka proses yang terjadi adalah penyimpanan bukan hapus data.
Familiarity
Gunakanlah konsep, terminologi dan pengaturannya yang mudah dipahami oleh user. Seperti ikon atau gambar “Recycle Bin” pada Sistem Operasi Windows, ini membuktikan bahwa fokus user terhadap gambar tersebut adalah file-file yang sudah dihapus sebelumnya.
Simplicity
Kompleksitas suatu aplikasi akan menimbulkan frustasi pada user itu sendiri, maka dari itu gunakan system default pada aplikasi yang dirancang. Maksudnya adalah sediakan dan utamakanlah fungsi – fungsi yang benar-benar sesuai dengan tugas dari user. Usahakan agar tidak menampilkan semua fungsionalitasnya.
Direct Manipulation
Maksud dari prinsip ini adalah user dapat langsung menyaksikan aksi sistem pada suatu objek. Contoh sederhana, pada saat kita menekan mengetikkan huruf “A” maka di layar akan langsung muncul huruf “A”.
Control
Sistem yang digunakan oleh user jangan sampai membuat user merasa frustasi dan dikontrol oleh user. Seperti memberikan komentar pada saat user melakukan kesalahan dengan bahasa yang tidak membuat user merasa dikontrol oleh sistem tersebut.
WYSIWYG
WYSIWYG (What You See Is What You Get), artinya adanya korespondensi satu ke satu antara informasi di layar dengan informasi di printed-output atau file. Contoh, pada saat kita membuat laporan menggunakan Microsoft Office lalu mencetaknya (print out) laporan tersebut, maka hasil print out harus sama dengan yang ada pada lembar kerja Microsoft Office.
Flexibility
Prinsip ini merupakan prinsip yang sangat penting bagi user dengan keterbatasan fisik. Ini berarti mengijinkan banyak kontrol dari user yang mendukung untuk menggunakan aplikasi yang kita rancang dan mampu mengakomodir kemampuan user yang lain. Seperti aplikasi yang dapat didukung oleh perangkat lain (mouse, keyboard, joystick,trackball).
Responsiveness
Sistem harus selalu merespon dengan cepat apa yang di inputkan oleh user. Seperti menampilkan Progress Bar.
Invisible Technology
Menyembunyikan detail teknis dari suatu sitem merupakan hal yang sangat direkomendasikan dalam membuat User Interface. Sehingga user tidak memiliki rasa khawatir dan ketakutan untuk menggunakan aplikasinya.
Robustness
Sistem harus mampu mentolerir kesalahan manusia baik disengaja maupun tidak disengaja dan yang umunya tidak dapat dihindari. Menyediakan Recovery System merupakan hal yang baik untuk mengimplementasikan prinsip ini.
Protection
Prinsip ini berbeda dengan prinsip Robustness, karena pada prinsip ini sistem seharusnya memproteksi kesalahan-kesalahan umum manusia. Seperti pada saat kita menutup lembar kerja Microsoft Office yang belum kita simpan sebelumnya, maka Office akan secara otomatis memberikan konfirmasi untuk menyimpannya atau tidak.
Ease of Learning
Buatlah sistem yang mudah dipelajari bagi user novice (awam). Hal ini akan memberikan motivasi kepada user tersebut untuk menggunakannya.
Ease of Use
Buatlah sistem yang mudah digunakan untuk expert user. Sehingga sistem yang kita bangun tidak hanya dipakai untuk novice user tetapi bisa juga dipakai untuk user yang sudah ahli (berpengalaman).

Kesimpulan
UX designer adalah pekerjaan yang dalam prosesnya pengambilan keputusan designnya berdasarkan atas data pengguna (user data) bukan atas selera, asumsi, perkiraan subyektif pribadinya, karena tugas dari UX designer adalah memaksimalkan pengalaman positif pengguna saat berinteraksi dengan web/aplikasi yang mereka buat. Untuk itu UX designer tidak lepas dari riset, survei, analisis, user testing dan berbagai metode pengumpulan data lainnya dengan tujuan mendapatkan informasi seputar pengguna.

Source : http://www.intraktive.com/article/119-sekilas-ux-designer
https://diskusikuliah.wordpress.com/2010/11/25/17-prinsip-user-interface/