Senin, 23 April 2018

Rumah Adat Betawi


Rumah Adat Betawi - Arus urbanisasi di Jakarta yang tiap tahun tak terbendung, tak ayal telah membuat kebudayaan lokal adat Betawi sebagai suku aslinya, semakin lama kian tergerus. Heterogennya penduduk ibu kota saat ini telah berdampak buruk terhadap kelestarian budaya Betawi. Tak sedikit bahkan saat ini, anak-anak Betawi maupun anak-anak Jakarta pada umumnya tak lagi tahu apa saja peninggalan budaya nenek moyang orang betawi di masa silam.
Rumah Adat Betawi
Selain pakaian adat Betawi yang telah kita bahas di artikel sebelumnya, yang tak kalah penting untuk dilestarikan dari kebudayaan adat Betawi adalah rumah kebaya. Ya, rumah kebaya merupakan salah satu peninggalan budaya nenek moyang adat Betawi dalam bidang arsitektur hunian yang masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Sebetulnya ada 2 rumah adat Betawi selain rumah kebaya ini. Mereka adalah rumah gudang dan rumah joglo. Namun, kedua rumah tersebut kurang begitu populer, sehingga rumah kebaya-lah yang kemudian tercatat secara resmi sebagai rumah adat betawi.

Pada posting kali ini, Tim Penulis Blog Kisah Asal Usul akan mengajak kita untuk mengenali bagaimana sebetulnya kekhasan dan keunikan rumah kebaya ini secara lebih dekat, mulai dari konstruksi, arsitektur, filosofi, hingga sarana pelengkap seperti ornamen dan hiasannya. Berikut kita simak!

1. Kontruksi Rumah

Dari sisi konstruksinya, rumah adat Betawi terbilang memiliki banyak keunikan. Beberapa keunikan tersebut antara lain dapat dilihat dari bagian pondasi, atap, pendopo, dinding, dan lain sebagainya. Berikut ini penjelasan dari beberapa bagian rumah tersebut.

  1. Pondasi rumah terbuat dari susunan batu alam yang dibentuk menyerupai umpak. Pondasi ini menyangga tiang-tiang rumah yang mengokohtegakan berdirinya bangunan.
  2. Atap umumnya terbuat dari material genteng tanah atau anyaman daun kirai, dibentuk seperti pelana dengan kemiringan bagian depan yang sangat rendah.
  3. Pendopo atau teras dibuat cukup luas dilengkapi meja kursi. Bagian teras dan luar rumah dipisahkan dengan susunan pagar kayu yang dibuat berbentuk segitiga simetris.
  4. Konstruksi gording dan kuda-kuda terbuat dari material kayu gowok dan kayu kecapi, sedangkan balok tepi terbuat dari kayu nangka.
  5. Kaso dan reng yang digunakan sebagai dudukan atap terbuat dari bambu tali. Kaso berupa bambu utuh, sedangkan reng berupa bambu yang dibelah 4.
  6. Dinding terbuat dari material kayu nangka yang dicat menggunakan warna cerah, seperti kuning atau hijau.
  7. Ada kalanya dinding juga terbuat dari anyaman bambu sepenuhnya, atau anyaman bambu yang dipadukan dengan dinding semen di separuhnya.
  8. Daun pintu dan jendela dibuat berukuran lebar dengan lubang udara yang tersusun secara horizontal. Pintu semacam ini juga dikenal dengan istilah pintu jalusi.

2. Pembagian Ruang

Seperti rumah pada umumnya, rumah kebaya juga terbagi ke dalam beberapa ruangan, mulai dari teras, kamar tamu, kamar tidur, hingga dapur.
  1. Teras depan dilengkapi dengan kursi jati atau amben sebagai tempat menerima tamu. Lantai teras atau gejogan dibersihkan setiap hari untuk menghormati tamu yang datang.
  2. Kamar tamu atau paseban digunakan untuk tempat tidur bagi tamu yang menginap atau bermalam di rumah tersebut. Saudara atau rekan yang berkunjung akan dipersilakan menginap di kamar ini. Jika tidak ada tamu, paseban juga digunakan sebagai tempat sholat.
  3. Ruang keluarga atau pangkeng sebagai tempat berkumpul keluarga di malam hari. Senda gurau bersama seluruh anggota keluarga dilakukan di ruangan ini.
  4. Ruang tidur umumnya berjumlah > 4. Ruang tidur utama berukuran lebih besar khusus untuk pemilik rumah dan istrinya.
  5. Dapur atau srondoyan terletak di bagian belakang rumah, biasanya ruang makan bersatu dengan ruangan dapur ini.

3. Filosofi Rumah Adat Betawi

Sebutan rumah kebaya bagi rumah adat betawi sebetulnya berasal dari kontruksi atap rumah ini yang jika dilihat dari samping memiliki lipatan-lipatan mirip lipatan kain kebaya. Kain kebaya sendiri merupakan kain tradisional betawi yang hingga kini sering dikenakan para wanita betawi pada saat upacara-upacara adat mereka.

Yang unik dari rumah adat betawi adalah adanya pendopo atau teras yang luas. Teras ini dilengkapi dengan meja dan kursi kayu yang digunakan untuk menjamu para tamu atau untuk sekadar duduk bercengkrama bersama di waktu sore. Adanya pendopo yang luas di rumah kebaya adat betawi, secara filosofis menunjukan bahwa orang suku betawi sangat terbuka pada tamu atau pada orang-orang baru. Mereka bersifat pluralis dan bisa menerima perbedaan-perbedaan sebagai bentuk keragaman budaya bangsa.

Filosofi lain yang dapat ditemukan dalam rumah kebaya adalah adanya pagar di sekeliling teras. Pagar ini merupakan perwujudan bahwa orang Betawi akan membatasi dari dari hal-hal yang negatif, terutama dalam sisi keagamaan. Banyaknya budaya yang dibawa orang-orang luar yang datang ke kampung mereka, perlu difilter berdasarkan keyakinan beragama. Budaya yang buruk akan mereka buang dan tinggalkan, sedang budaya yang baik akan mereka junjung tinggi dan ikuti.

Nah, itulah pembahasan tentang rumah adat betawi mulai dari kontruksi hingga filosofinya. Tertarik untuk menggunakan desain rumah kebaya khas adat betawi ini sebagai desain rumah impian Anda? Cobalah!





PAKAIAN ADAT BETAWI

Pakaian Adat Betawi DKI Jakarta - Meski secara historis suku Betawi bukanlah suku asli DKI Jakarta, kebudayaan dan adat istiadat dari suku ini semenjak dahulu terlanjur telah dikenal luas sebagai simbol atau ikon budaya Jakarta. Ondel-ondel, kerak telor, gambang kromong merupakan beberapa contoh budaya betawi yang tentu tidak akan bisa dilepaskan dari Jakarta sebagai identitasnya di kancah nasional. Nah, khusus pada artikel kali ini, kami akan mengulas salah satu budaya adat Betawi tersebut, yaitu informasi mengenai pakaian adatnya. Seperti apa keunikan pakaian adat Betawi ini?

Pakaian Adat Betawi Merunut pada penggunaannya, pakaian adat Betawi ada 3 macam, yaitu pakaian keseharian, pakaian resmi, dan baju pengantin. Ketiga macam pakaian adat Jakarta ini akan kami jelaskan sebagai mana berikut.

1. Pakaian Keseharian Pria Betawi Yang dimaksud dengan pakaian keseharian adalah pakaian yang umum digunakan oleh orang betawi dalam kesehariannya. Untuk pria, pakaian adat ini terdiri atas baju koko atau sering juga disebut baju sadariah, celana komprang dengan ukuran ranggung, sarung yang digulung dan diikatkan dipinggang, sabuk hijau, serta peci berwarna merah.
2. Pakaian Keseharian Wanita Betawi Sementara untuk para wanita, pakaian adat betawi keseharian terdiri atas baju kurung berwarna terang (mencolok), kain batik dengan motif geometris sebagai bawahan, selendang berwarna sama dengan baju kurung, serta kerudung sebagai penutup kepala.
3. Pakaian adat Betawi untuk Bangsawan (Baju Resmi) Pakaian bangsawan sebetulnya adalah pakaian resmi yang dulunya hanya dikenakan oleh para demang. Saat ini pakaian yang bernama baju ujung serong telah resmi digunakan sebagai pakaian PNS Pemda DKI Jakarta untuk hari-hari tertentu
Baju ujung serong terdiri atas dalaman kemeja putih, jas tutup berwarna gelap, batik geometris yang dikenakan dipinggang sebatas lutut, dan celana pantolan yang warnanya sama dengan jas. Aksesoris pelengkapnya yaitu tutup kepala berupa kopiah, kuku macan, pisau raut atau senjata semacam badik yang diselipkan dipinggang, jam rantai untuk hiasan saku, serta alas kaki berupa sepatu pantopel.
Baju ujung serong hanya dikenakan oleh para bangsawan pria, sementara untuk wanita digunakan varian baju yang sama dengan baju keseharian yaitu baju kurung, kain batik, selendang, dan kerudung, serta dilengkapi dengan pernik perhiasan emas mulai dari kalung, gelang, giwang, dan cincin.

4. Pakaian Pengantin Pria Betawi Dalam upacara pernikahan, orang Betawi yang masih memegang adat budayanya hingga kini masih menggunakan pakaian khusus pengantin adat Betawi. Pakaian ini disebut merupakan bentuk akulturasi nyata dari beberapa kebudayaan, yaitu budaya Arab, budaya Tionghoa, dan Budaya Melayu.

Untuk para pengantin pria, pakaian adat Betawi yang digunakan bernama Dandanan Care Haji. Pakaian ini berupa jubah besar berwarna cerah (biasanya merah) dengan pernik benang keemasan, celana panjang putih, selendang yang dikenakan di dalam jas (bagian dada), serta topi khusus yang terbuat dari sorban sebagai penutup kepala. Dari model pakaian tersebut, dadanan care haji tentu sangat kental akan nilai-nilai budaya Arab.

5. Pakaian Pengantin Wanita Betawi Berbeda dengan dandanan care haji yang kental budaya arab, baju pengantin wanita betawi yang bernama dandanan care none pengantin cine justru sarat dengan nilai-nilai budaya Tionghoa.

Baju adat Betawi ini terdiri atas blus berwarna cerah dari bahan kain satin, rok gelap atau rok kun, dan hiasan kepala berupa kembang goyang dengan motif burung hong. Selain itu, hiasan rambut berupa sanggul palsu lengkap dengan cadar di bagian wajah, hiasan bunga melati yang diikat pada sisir dan ronje juga dikenakan bersama pernik hiasan lain yang meliputi kalung lebar, manik-manik penghias dada, gelang listring, dan selop model perahu sebagai alas kaki. Nah, demikianlah pembahasan mengenai beberapa jenis pakaian adat Betawi dari DKI Jakarta beserta gambar-gambar dan penjelasannya. Cukup menarik bukan? Semoga pembahasan ini dapat bermanfaat sebagai tambahan wawasan budaya untuk kita semua.

Source : http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/08/pakaian-adat-betawi-dki-jakarta.html

0 komentar:

Posting Komentar