“Mahasiswa“ merupakan sebuah ungkapan yang secara
terminologi melekat erat pada diri muda anak bangsa yang memiliki semangat
membara jika dipercikkan api motivasi dan masa dimana seorang pemuda berada
dalam tahap persiapan menuju kehidupan yang lebih jauh lagi. Mahasiswa sebuah
estetika gairah muda yang bergelora dan tidak semua pemuda dapat
meraihnya. Sebuah sebutan yang tentunya harus ditebus dengan perjuangan, baik
itu dengan pengorbanan materi dan nonmateri. Kita mengetahui bagaimana susahnya
untuk melanjutkan pendidikan, ada mereka yang beruntung dan ada pula yang harus
angkat kaki dari karpet perguruan tinggi. Beruntunglah untuk mereka yang terus
memacu semangatnya untuk berjuang hingga akhir nafasnya, demi selembar kertas
yang sangat dibanggakannya. Begitulah kira – kira akhir dari perjalanan panjang
seorang pemuda yang kita sebut mahasiswa. Lebih jauh lagi, mereka jelas
tidaklah puas hanya menenteng selembar kertas dengan tanda tangan si rektor.
Realita yang sebenarnya ada saat mereka kelak berjalan lebih jauh, mata akan
terperanga dengan keadaan yang ada di luar idealisme mereka.
Siap ataupun masih bersiap, mahasiswa telah ditakdirkan
untuk berjibaku dengan masalah dan tantangan hidup yang diwariskan oleh
generasi sebelumnya. Tantangan yang ada bukanlah pilihan, namun ini
menjadi fardu bagi mereka yang mengerti akan arti sebuah perjuangan untuk terus
memberikan yang terbaik bagi bangsa ini.
Perjalanan yang panjang telah dimulai saat mahasiswa
menginjakkan kakinya di gerbang perguruan tinggi. Awan putih dan matahari
kemilau sinarnya, telah mengundang jiwa – jiwa muda yang berbahagia untuk
mengasah otak dan hati di sebuah perguruan tinggi. Mahasiswa yang pada awalnya
adalah transformasi genetik dari anak SMA/SMK telah lahir dan siap untuk bermutasi
menjadi gen baru yang bergairah dan memiliki totalitas hidup. Tidak dapat
dipungkiri, mahasiswa akan terus berkembang bersama dengan dewasanya masalah
yang mereka hadapi. Baik selama di kampus maupun di luar area kampus. Inilah
yang menjadi faktor penting, lingkungan sebagai bentuk stimulus yang memberikan
rangsangan kepada emosi mahasiswa untuk merespon isu – isu sosial yang
berkembang dalam lingkungan tersebut.
Lingkungan mahasiswa dapat kita identifikas sebagai dua
tempat yang khas. Utamanya kepribadian dan personalitasnya dapat dirilis dalam
rancangan personal kampus dan selanjutnya kehidupan alamiah yang berkembang di
sekitar tempat tinggalnya. Kedua lingkungan ini merupakan suatu platform media yang dapat menentukan
peran mahasiswa. Lingkungan kampus contohnya dapat memberikan pendidikan
emosional dan spiritual bagi diri mahasiswa. Lingkungan masyarakat sekitar
tempat tinggal dapat membantu mahasiswa membentuk kesadaran bermasyarakat dengan
merekonstruksi kondisi – kondisi dimana peran sosial potensial dalam diri
individu mahasiswa dapat tersalurkan.
Entitas unik mahasiswa terbentuk via kehidupan kampus.
Semua pengalaman yang dilalui oleh mahasiswa menentukan level kualitas tingkah laku dan pola pikirnya. Dan tentu saja
tidak semua mahasiswa akan memiliki kualitas yang sama, kualitas yang dimiliki
oleh mahasiswa dapat dirujuk dari peran aktif mereka di dalam kegiatan
kemahasiswaan, bagaimana rekam jejak akademik dan seberapa besar kontribusi
mereka pada dinamika kampus. Kebanyakan dari mahasiswa merupakan mahasiswa abal – abal atau istilah kerennya sekarang KW. Mungkin untuk KW Super ada jenis
mahasiswa yang dapat proaktif terhadap pergerakan kampus dan akademik, namun
ada sisi jeleknya juga mereka tidak dapat memotivasi mahasiswa lain untuk
terjun dan bergabung dalam dinamika tersebut. Selanjutnya, dapat pula
digambarkan jenis mahasiswa lain, KW 1 , KW 2 , KW 3 hingga KW lainnya,yang
semakin lama semakin berkurang rasa optimis dan membludaknya apatisme terhadap
hakikat mereka sebagai pewaris perjuangan rakyat. Sikap apatis tersebut
merupakan virus yang sangat mematikan dalam diri mahasiswa. Hampir 80%
mahasiswa sekarang telah terjangkit oleh virus apatis ini. Membunuh secara
perlahan dan mengancam sustainabilitas perjuangan kampus. Sikap acuh tak acuh,
mulai timbul terhadap dosen, rekan sejawat, bahkan respon politik yang semakin
buram. Terpampang jelas di depan mata kita, dan dapat disaksikan bagaimana
tingkah laku mahasiswa saat ini, lebih senang hura – hura, huru – hara, nge-gap di kantin, rutin pacaran dan
sebagainya. Semua seakan lumrah di zaman saat ini, semua boleh dan tiada yang
melarang.
Semakin tingginya tingkat apatisme dalam diri generasi
muda maka tidak lain dan tidak bukan kehancuran akan semakin dekat. Apakah
cukup tenaga orang tua saat ini untuk membalikkan keadaan yang terus
bergelombang saat ini. Musim kemarau dan penghujan dalam demokrasi kehidupan
bangsa mengajarkan kita bahwa sangat sulit untuk tersenyum dalam keadaan yang serba
sulit saat ini.
Di tengah kegaluan yang kian memuncak dan apatisme yang
melonjak tajam. Peran perguruan tinggi sangatlah diharapkan. Perguruan tinggi
harus menjalankan tri darmanya, untuk mewujudkan generasi pemimpin masa
mendatang yang cerdas dan bermoral. Perguruan tinggi mempunyai tiga aspek yang
wajib dipenuhi, aspek pertama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan wujud
bakti perguruan tinggi untuk bangsa. Sebagai tempat pendidikan dan pembentukan
moral anak bangsa , perguruan tinggi dituntut komitmennya untuk memberikan
sumbangan terhadap pembangunan manusia yang berkelanjutan. Aspek kedua , adalah
penelitian. Penelitian dilakukan setelah seorang mahasiswa mendapatkan
pendidikan yang dirasa cukup, maka mereka dapat mengembangkan penelitian yang bertujuan
menghasilkan suatu bentuk referensi ilmiah yang baru dan bermanfaat. Terakhir,
bakti perguruan tinggi adalah bagaimana ilmu yang telah didapatkan dari
pendidikan dan penelitian tersebut dapat disumbangkan kepada masyarakat.
Artinya apa yang dikembangkan dalam kehidupan kampus memiliki hubungan dengan
sistem yang berada di luarnya. Perguruan tinggi memiliki tanggung jawab sosial
terhadap pengembangan kehidupan yang lebih baik, secara langsung wakil – wakil
perguruan tinggi inilah (baca: mahasiswa) yang wajib menyampaikan produk
pendidikan mereka ke khalayak ramai.
Peran kampus dalam membentuk manusia yang berkualitas
tidaklah lebih baik dari kesadaran mahasiswa itu sendiri akan peran penting
mereka untuk longterm . Mahasiswa
yang sadar dan paham terhadap diri mereka akan bersiap untuk berperang terhadap
realita yang ada dalam masyarakat. Selama di perguruan tinggi mereka akan
menyiapkan bekal untuk terjun dan berkompetisi. Mahasiswa yang paham benar
peranan mereka akan selalu memanfaatkan waktunya untuk terus mengasah
kepiawaiannya dalam hal akademik maupun nonakademik.
Begitu banyak peran yang akan dimainkan oleh mahasiswa.
Kesuksesan di akhir hanyalah milik mereka yang pandai dalam memanajemen peran
tersebut. Dan sangatlah fatal akibatnya bagi mereka yang hanya menonton dan
bertanya namun tanpa usaha yang jelas untuk diri mereka.
Peran mahasiswa sebenarnya dapat kita kelompokkan menjadi
berbagai macam. Dalam perkembangannya, peran tersebut dapat kita hubungkan
dengan tanggung jawab sosial mereka sebagai agent
of social change. Peran mahasiswa yaitu peran moral, peran sosial , peran
akademik dan peran politik. Peran – peran inilah yang harus mereka lakoni untuk
keseimbangan dalam diri mereka. tidak semua orang dapat melakukan semua peran
ini dengan maksimal, namun bukan berarti tidak dapat dilakukan. Keempat peran
tersebut hanya dapat dilakukan untuk mereka yang memiliki niatan yang ikhlas
untuk membawa bangsa ini ke jalur yang semestinya. Jalur bagi negara – negara
maju yang terus bersaing. Mahasiswa dapat memainkan peran – peran dan tanggung
jawab tersebut untuk membenahi tekstur kehidupan bangsa mulai dari level bawah.
Hal yang sangat krusial dalam kehidupan bangsa adalah bagaimana masyarakat
bawah dapat dikomandoi untuk melakukan dan membiasakan diri dengan sistem yang
benar. Sehingga dengan peran mahasiswa ini, dapat menjalar ke tingkat yang
lebih tinggi dan masa waktu yang selanjutnya.
Berbicara mengenai peran serta mahasiswa, akan sangat
menarik untuk membahasnya satu persatu. Peran utama mahasiswa jelaslah sebagai
sebuah kewajiban individu kepada orang tua masing – masing. Selembar sertifikat
ijazah dengan nilai memuaskan merupakan suatu euforia kebanggan yang
dihadiahkan kepada kedua orang tua tercinta. Melalui sekelumit proses panjang
beberapa semester mahasiswa telah menjalankan peran akademiknya yang pertama,di
samping itu mereka terus mengembangkan ilmu pengetahuan dengan penelitian dan
mengasah logika dengan berbagai perlombaan akademik lainnya.
Peran selanjutnya adalah peran moral. Moral merupakan
peran mendasar yang jika dilakukan dengan baik maka peran – peran lainnya akan
menjadi baik pula. Pola tingkah laku dapat menentukan keberhasilan
seseorang. Terkadang peran ini yang dilupakan mahasiswa. Sebagai insan
terdidik mereka sering buta akan keberadaan harkat dan martabat mereka untuk
selalu menjaga nama baik diri mereka. moral kemanusiaan sangatlah penting dalam
diri mahasiswa. Contohnya saja, tidak adanya rasa malu bagi mahasiswa saat
berduaan antarlawan jenis baik itu jalan ataupun di mall. Mahasiswa seharusnya
dapat menjaga kepercayaan masyarakat di sekitarnya dengan memberikan contoh
perilaku yang baik bagi masyarakat bukannya dengan menjatuhkan diri mereka
sendiri. Belum lagi , banyaknya mahasiswa yang suka membuat huru – hara pada perguruan
tinggi tertentu, sehingga reporter senang sekali memberitakan kejadian tersebut
di medi – media. Merupakan suatu langganan media massa, berkelahi
antarmahasiswa dan membakar gedung rektor. Apakah ini yang dinamakan mahasiswa,
apakah ini sikap mental yang ditunjukkan oleh mereka yang disebut “Mahasiswa” ?
tentulah tidak. Namun seburuknya perilaku demikian, ada pula yang berjuang
keras dalam menegakkan keadilan dan kebenaran. Tetapi terkadang sikap anarkis
dapat mencoreng harumnya perilaku mahasiswa yang baik tersebut.
Peran mahasiswa yang terakhir adalah peran sosial dan
politiknya. Kedua buah peran ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
Sebab berbagai peran sosial yang dilakukan mahasiswa tidak luput sebagai bentuk
peran politik aktif mereka terhadap keadaan bangsa. Hal ini dapat dilihat
bagaimana peran aktif mahasiswa mulai dari era sebelum kemerdekaan hingga saat
ini. Idealisme dan totalitas selalu dimunculkan dalam setiap aksinya. Sehingga
Ir. Soekarno pernah berkata “ Berikan aku sepuluh pemuda maka akan ku guncang
dunia .“ begitu dahsyatnya semangat yang ada dalam diri mahasiswa sehingga
mereka dapat membuat perubahan hebat dalam sejarah manusia. Seperti yang kita
ketahui dalam sejarah bangsa ini, mahasiswa dan pelajar telah mengukir perjuangan
emas dalam mewujudkan kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan tersebut.
Lembar demi lembar perjuangan telah diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Keadaan bangsa yang sekarang ini merupakan
warisan generasi 20 tahun yang lampau. Citra kejayaan dan keterpurukan bangsa
bersatu dalam sebuah drama reformasi yang kian redup dan membawa kita kembali
ke masa – masa yang telah berlalu. Peran mahasiswa di zaman sekarang bukanlah
lagi mencapai kemerdekaan, ataupun mengangkat senjata untuk menyerbu benteng
lawan. Peran riilnya adalah mahasiswa dapat berpartisipasi aktif dalam
mewujudkan kestabilan dan kemantapan nasional. Hal ini tentunya harus dimulai
dari masyarakat terlebih dahulu. Membenahi sistem yang kacau, membangun kembali
pondasi demokrasi yang ternodai oleh KKN hingga menyelamatkan aset – aset
bangsa yang digandrungi para pengkhianat bangsa.
Peran sosial yang nyata itu dapat dilihat dari peran
serta mahasiswa dalam masyarakat. Selain status mereka sebagai civitas
akademika, mahasiswa juga turut merespon keberadaan masyarakat di sekitarnya.
Melalui organisasi – organisasi kampus dan kemahasiswaan, mahasiswa membantu
masyarakat menyelesaikan perkara sosial yang ada dalam masyarakat. Peran sosial
ini dapat berupa melakukan kegiatan bakti sosial untuk desa – desa yang
tertimpa musibah bencana alam. Mahasiswa dengan bersemangatnya mengumpulkan
bantuan melalui posko – posko, turun ke jalan meminta sumbangan dari pengedara
kendaraan bermotor bahkan ada yang rela memberikan barang berharga demi mendapatkan
biaya untuk membenahi kerusakan yang terjadi akibat bencana alam. Contoh lain
dapat kita lihat, saat ada kerisihan dalam hati mereka melihat ketidakberdayaan
masyarakat miskin, mahasiswa memberikan bantuan berupa motivasi dan bantuan
dana untuk meringankan beban mereka.
Peran sosial dalam diri mahasiswa tidak terlepas dari
diri mereka yang merupakan homo sosial. Mahasiswa menjalankan peran sosial dan
peran politiknya secara bersamaan dalam realita kehidupan bangsa saat ini.
Sebagai contoh dapat kita rujuk pada awal kemerdekaan, saat itu terbentuk
organisasi – organisasi dan perhimpunan mahasiswa. Organisasi ini merupakan
suatu wujud kesatuan nasional. Organisasi mahasiswa sebagai pilar ke-4
demokrasi mulai menunjukkan taringnya saat rakyat dilakukan semena – mena oleh
rezim yang berkuasa. Penindasan hak dan ketidakadilan pemerintah terhadap
rakyat menjadi isu hangat yang menggelontorkan mahasiswa turun ke jalan.
Sebagai aksi tidak didengarkannya tuntuan mereka atas kejadian yang memilukan.
Mereke berorasi dan berdemonstrasi mengatakan kebenaran dan menguak kebusukan.
Sebagai contoh, pada tahun 1970an mahasiswa menuntut kebijakan yang dikeluarkan
negara, menyengsarakan rakyat. Ketidakberdayaan ekonomi negara menjadi bahan
sedap untuk dipermasalahkan. Harga BBM dan antikorupsi selalu dikumandangkan.
Puncaknya mahasiswa semakin heroik pada tahun 1998. Ribuan mahasiswa turun ke
jalan untuk menduduki gedung MPR dan memaksa Soeharto lengser dari jabatannya.
Puluhan nyawa tidaklah sia – sia bagi mereka, teriakan dan jeritan rakyat
menambah amunisi mereka untuk terus berjuang. Masih teringat jelas dan betapa
kagumnya kita pada perjuangan mahasiswa dalam tragedi semanggi I dan II ,
tragedi trisakti dan beberapa daerah lainnya. Hal ini membuktikan semangat pemuda
adalah yang utama untuk merobohkan kediktatoran soeharto dan junta militernya.
Soeharto dibuat tak berdaya di hadapan mahasiswa Indonesia. Peran sosial untuk
mengawasi lembaga negara dan sebagai kelompok penekan inilah yang selalu
dijalankan oleh laskar mahasiswa. Sebagaimana janji mereka pada Sumpah Pemuda
1928, yang menghasilkan tiga pemahaman yaitu satu Nusa satu bangsa dan satu
bahasa. Saat inipun peran sosial politik terus dimainkan, mahasiswa masih dan
akan terus mengawasi dalam setiap tindak tanduk eksekutif, legislatif dan
yudikatif. Akhir – akhir inipun aksi semakin gencar, mahasiswa mewakili
aspirasi rakyat dan telah menggantikan para politisi di senayan. Parlemen
jalanan akan sangat mudah kita saksikan, tidak lain dan tidak bukan hanya demi
keadilan untuk masyarakat. Keadilan di mata hukum, di bidang ekonomi,
pendidikan, politik dan hukum. Kelompok penekan seperti mahasiswa semakin kokoh
dengan adanya pers sebagai pilar ke-5 demokrasi yang membantu memberikan
informasi ke luar dan ke dalam. Turut sertanya pilar ke – 5 sangat memberikan
warna dalam demokrasi Indonesia dan menginformasikan keadaan negara saat ini.
Mahasiswa sekarang dihadapkan pada kenyataan tentang
potret buruk bangsa ini dan masalah internal yang menerpa mereka yaitu
apatisme. Peran krusial mahasiswa sebagai agen sosial, akan hancur sia – sia
jika mereka terjerumus dalam keadaan yang sedemikian. Mahasiswa memainkan lakon
yang harus berhadapan dengan sutradara politik di negara ini. Masalah sosial
yang muncul merupakan imbas permainan politikus busuk, yang menyuburkan Korupsi
di negeri ini. Harapan besar ada pada mahasiswa, merekalah yang akan
mewarisi perjuangan generasi terdahulu melawan ketidakadilan dan opera sabun
yang bermunculan akhir – akhir ini. Entah direkayasa ataukah memang proses alam
akibat kesalahan di masa lampau.
Apapun yang terjadi selanjutnya, mahasiswa tetaplah
dengan idealismenya. Masalah terbesar dalam diri mahasiswa adalah apatisme yang
dapat melunturkan peran mahasiswa dalam membela panji keadilan dan pemberantasan
korupsi. Harapan bangsa ini tidak lain hanyalah terwujudnya pemerintah yang
bersih dari Korupsi,Kolusi dan Nepotisme. Masyarakatpun menggantungkan
harapannya kepada seluruh mahasiswa untuk dapat menganyam kembali tali moral
bangsa ini yang telah rusak. Peran sosial dan politik mahasiswa diharapkan
selalu muncul di saat yang tepat untuk membela kepentingan rakyat dan
melengserkan gugusan aparat keji berdasi.
Sesungguhnya mahasiswa diciptakan untuk membangun kembali
bangsa ini yang telah jauh terjatuh, perlahan namun pasti jelas akan tiba masa
mahasiswa membawa keadilan yang merata untuk segenap rakyat Indonesia. Peran
dijalankan dengan penuh tanggung jawab untuk mewujudkan Indonesia yang dicita –
citakan oleh kita semua. Indonesia dan Rakyat Sejahtera.
1 komentar:
mantap sekali ulisan nya
Posting Komentar