1.
Arsitektur
Orang Betawi mempunyai tata cara
dalam membangun rumah. Ada tahap-tahap yang harus dijalani dengan mengikuti
tradisi turun-temurun. Ini dimaksudkan agar keseimbangan alam sekitar
tetap terjaga. Pemilihan lokasi, perataan tanah, pendirian tiang guru, dan
sebagainya harus disertai dengan selametan.
Rumah tradisional Betawi dibuat
dari bermacam-macam bahan yang tersedia. Tergantung dari kemampuan pembuatnya.
Ada yang dibuat menggunakan bahan bambu. Ada yang dibuat menggunakan bahan
kayu. Ketika bangsa kita dijajah Belanda, orang Betawi meniru cara Belanda
membangun rumah. Mulailah berkembang membangunan rumah dari batu. Tetapi
umumnya rumah tradisional Betawi dibuat menggunakan bahan dari kayu. Jenis kayu
yang dipilih kayu nangka, kayu cempaka, dan lain-lain. Jenis kayu asem biasanya
tidak digunakan.
- Letak geografis mempengaruhi pembuatan rumah. Di daerah pesisir didirikan rumah panggung. Misalnya rumah Si Pitung di kampung Marunda Pulo, Jakarta Utara. Rumah tradisional Betawi ada tiga macam :
- Rumah tipe Gudang.
Rumah ini
berbentuk empat persegi panjang
- Rumah tipe Joglo.
Rumah ini
berbentuk bujur sangkar.
- Rumah tipe Bapang.
Disebut juga
tipe Kebaya. Rumah ini berbntuk empat persegi panjang.
Rumah Joglo dan rumah Bapang
dibagi dalam tiga ruang. Ruang depan, ruang tengah, dan ruang belakang.
Sedang rumah Gudang terkesan dibagai dalam dua ruang. Ruang depan dan ruang
tengah. Ruang belakang dari rumah Gudang tetap ada. Tapi penataan ruangnya
samar-samar.
Ruang depan adalah serambi. Di
serambi diletakkan balai-balai atau kursi tamu. Di serambi tempat menerima
orang bertamu. Ruang tengah disebut ruang dalam. Ruang dalam adalah
bagian pokok rumah Betawi. Di sini ada kamar tidur dan kamar makan.
Kamar dalam bahasa Betawi disebut pangkeng. Ruang belakang adalah dapur tempat
untuk memasak.
Rumah tradisional Betawi kini sudah
langka. Rumah-rumah tua yang ada di daerah Condet sudah rusak. Akhirnya
diruntuhkan dan diganti rumah modern. Di taman Mini Indonesia Indah ada satu
contoh rumah tradisional Betawi.
2. Ragam
Hias
Ragam hias Betawi disebut pula
dekorasi gaya Betawi. Ragam hias merupakan permainan geometri. Geometri adalah
dasar untuk arsitektur, berbagai ragam hias, dan pengenalan dunia simbol.
Ragam hias dapat ditempatkan dalam segala tempat. Misalnya pada bangunan rumah,
perlengkapan rumah tangga, kerajian, perahu, hiasan pesta, alat kesenian, dan
lain-lain.
Ragam hias Betawi sudah ada sejak
jaman neolitikum. Ketika itu sudah lazim digunakan bentuk cagak. Bentuk cagak menjadi ragam hias pada leher
periuk tanah. Cagak mengalami pengembangan
menjadi bentuk tumpal. Bentuk tumpal dalam kain batik Betawi
berbentuk temu tumpal. Bentuk cagak maupun tumpal sebenarnya bentuk lain dari
gunung. Nenek moyang orang Betawi menganggap gunung mempunyai kekuatan. Jadi
bentuk cagak dan tumpal mempunyai arti kekuatan.
3.
Rumah
Pada rumah tradisional Betawi
diberi ragam hias gigi balang. Gigi balang diletakkan pada
lisplang yang berfungsi memberi keindahan pada rumah. Bentuk lain adala banji. Banji
memiliki pola segi empat. Pola ini terpengaruh kebudayaan Hindu yang artinya
dinamis. Pola banji sering dikombinasi dengan
unsur tumbuh-tumbuhan. Yang paling banyak dipilih adalah bunga lima atau bunga tapak dara. Bunga tapak dara dalam tradisi
pengobatan Betawi berhasiat menyembuhkan berbagai penyakit. Unsur tumbuh atau
flora lain yang digunakan sebagai ragam hias antara lain cempaka, jambu mede,
delima, pucuk rebung, dan lain-lain. Bentuk ragam hias laian adalah
matahari, kipas, varian botol. Yang paling jelas ragam hias ditemukan pada :
langkan, tiang utama, garde, lisplang, siku yang berada di liuar flapon.
4.
Mesjid (Mesigid)
Pada masjid Betawi, ragam hias
hampir sama dengan rumah tradisional. Ada ragam hias temu tumpal dalam berbagai
variasi. Ada ragam hias bunga tapak dara. Ada pula ragam hias lonjong dan mute
setengah lingkaran. Pada lobang angin ada mute lingkaran penuh.
5.
Perahu Nelayan
Nelayan Betawi mempunyai
kebiasaan memberi ragam hias pada perahunya. Warna yang digunakan mencolok :
merah, jingga, hijau, kuning, dan putih. Kebanyakan melukiskan ombak
bergulung-gulung dalam bentuk garis lengkung, patah-patah, rege, rendeng, dan
kepang. Pada bagian ujung haluan sering tampak motif-motif geometris seperti
jajaran genjang bersambung-sambung.
6.
Hiasan Pesta
Hiasan pesta di betawi banyak
terbuat dari daun-daunan, kertas minyak, dan buah-buahan, terutama pisang
bertandan yang digantung. Sementara daun yang biasa dipakai adalah daun
beringin dan daun bambu. Didaerah tertentu ada pula dipakai hiasan daun kelapa
untuk “Gantung Kaul” dan “Ketupat Lepas”. Bentuk bunga-bungaan dari kertas
minyak paling sering terlihat dalam hiasan pesta, berbentuk bendera kecil dan
semacam serunting yang dililitkan di lidi (Kembang Kelape).
6.
Alat Kesenian
Alat kesenian di Betawi mempunyai
ragam hias tergantung dari daerah asalnya ; Sunda, Jawa, Cina, alat musik
gamelan ajeng mempunyai ragam hias Sunda, sementara instrumen gambang kromong
ragam hias Cina.
7.
Batik Betawi
Batik yang disenangi di Betawi
adalah corak pesisiran, sepert Cirebon, Pekalongan, Lasem. Dengan warna-warna
yang mencolok. Sementara motif yang paling digemari adalah Jamblang, babaran,
Kalengan dan Jelamprang. Motifnya antara lain garis segitiga panjang melancip.
Biasanya dipakai perempuan yang akan menghadiri pesta pernikahan atau penari
Cokek. Jenis batik ini juga disukau perempuan-perempuan Belanda di Batavia.
Diaderah pinggiran Jakarta banyak dipakai motif “Pucuk rebung”, motif burung
Funiks atau burung Hong (Feng huang). Pada batik ini sangat digemari dan
disenangi perempuan-perempuan Cina Betawi (encim). Burung Funiks memberikan
kesan gemulai dan menambah wibawa bagi pemakainya.
8.
Pakaian Betawi
Pakaian Betawi banyak ragamnya.
Ada pakaian sehari-hari, ada pula pakaian resmi. Belu lagi pakaian pengantin
laki-laki dan perempuan. Pakaian sehari-hari laki-laki Betawi biasanya baju
Sadariah (Koko), celana batik, kainpelekat, dan peci (kopiah). Akan tetapi
didaerah betawi pinggiran pakaian ini bisa disebut pakaian pesta. Sementara
wnitanya berupa baju kurung berlengan pendek, kadang bersaku didepannya, kain
batik sarung. Ada yang berkerudung, ada pula yang tidak, terutama orang
pinggiran. Pakaian yang disebut ujung serong biasa dipakai oleh bapak-bapak
berupa jas tertutup dengan celana pantalon. Kain batik dikenakan sekitar
pinggang didalam baju dengan ujungnya serong diatas lutut. Beda dengan
pakaian “Abang Jakarte” Jasnya lebih panjang sekitar lutut dan kainnya diluar
diiket seperti ikatan dasi. Dan selipan piso raut. Aksesoris yang dipakai kuku
macan dan jam tangan rantai. Tutup kepala berupa liskol atau kopiah dan alas
kaki sepetu pantovel.sementara pakaian “None Jakarte” adalah kebaya encim
(kebaya panjang), kain batik bercorak jelamprang pekalongan. Bersanggul tidak
terlau besar (konde cepo) dan diberi hiasan melati atau cempaka putih.selendang
seringkali berfunsi sebagai kerudung. Pakaian pengantin Betawi mendapat
pengaruh dari arab, cina, barat dan melayu. Pakaian pengantin laki-laki biasa
disebut “dandana care haji” berupa jubah dan tutup kepale “sorban” yang disebut
“alpie”. Jubah disebut “gamis’ berupa kain putih halus model kurung panjang,
terbuka dari leher ke ulu hati.ukurannya lebih panjang sebatas mata kaki.
Selendang bermotif benang emas atau manik-manik berwarna cerah. Tak ketinggalan
sepatu pantofel.
Semantara pakaian pengantin
perempuan biasa disebut “Rias Besar dandanan carenone pengantin cine”. Bajunya
model blus shanghai bahan dsaten atau lame berwarna cerah. Baju bawah atau rok
disebut “KUN” melebar kebawah dengan motif hiasan burung hong dari mute atau
manik dan benang emas. Hiasan kepalanya disebut kembang goyang motif burung
hong dengan sanggul buatan dan cadar di wajah. Perhiasan lain berupa gelang
listring, kalung tebar, anting kerabu, hiasan dada teratai manik-manik dan
selop model perahu. Hiasan lain adalah bunga melati berupa Ronce melati dan
sisir melati.
0 komentar:
Posting Komentar